-->

Saturday, January 14, 2012

Dahulu di sebuah pusat kota Makassar, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Makassar di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai shalat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun berserakan di sekitar halaman masjid. Ia kembali lagi ke dalam masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa  ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Kiai itu telah menceritakan kisah ini, Anda pun dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya berharap Rasulullah Saw menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Sahabat, jangan pernah berkecil hati jika kita belum mampu bersedekah dengan jumlah besar, jangan juga meremehkan amal shaleh kita yang belum seberapa karena jika itu kita lakukan dengan tulus bisa jadi itulah yang mampu membuat kita selamat di Akhirat kelak

Jangan biarkan anak-anak anda dididik sepenuhnya oleh orang lain, luangkan waktu untuk mendidik ibadahnya (Sholat dan Baca Al-Qur’annya ) karena ia adalah investasi termahal yang mampu menyelamatkan kita di Alam Penantian kelak.

Jangan remehkan kalimat-kalimat zikir sederhana yang mampu kita lantunkan disepanjang perjalanan kita, karena itulah yang meruntuhkan sedikit-demi sedikit dosa-dosa kita yang telah menggunung. Laa Ilaha illallahu. allahua'lam bissawab..

2 komentar

Gan...cerpennya sangat menggugah hati...dengan berdzikir hati pun menjadi tenang...mudah2an kita semua mendapatkan safa'at dari Rosulullah SAW.
Gan kebetulan hari ini saya membagikan Award...mohon diterima...di http://bitinspiration.blogspot.com/2012/01/award-dari-sahabat.html

terimah kasih banyak agan.. mantaf tuh buat jalin silaturahmi yang baik.. terima kasih banyak. dengan senang hati diterima. :)

Terima kasih karena berkomentar dengan penuh etika
jangan lupa klik like fanspage facebook yah..
EmoticonEmoticon